Ilmu
Budaya Dasar
Kebudayaan
Sunda
Sejarah
Budaya Sunda
Kata Sunda
artinya Bagus/ Baik/ Putih/ Bersih/ Cemerlang, segala sesuatu yang mengandung
unsur kebaikan, orang Sunda diyakini memiliki etos/ watak/ karakter Kasundaan
sebagai jalan menuju keutamaan hidup. Watak / karakter Sunda yang dimaksud
adalah cageur (sehat), bageur (baik), bener (benar), singer (terampil), dan
pinter (pandai/ cerdas) yang sudah ada sejak zaman Salaka Nagara tahun 150
sampai ke Sumedang Larang Abad ke- 17, telah membawa kemakmuran dan
kesejahteraan lebih dari 1000 tahun.
Sunda
merupakan kebudayaan masyarakat yang tinggal di wilayah barat pulau Jawa dengan
berjalannya waktu telah tersebar ke berbagai penjuru dunia. Sebagai suatu suku,
bangsa Sunda merupakan cikal bakal berdirinya peradaban di Nusantara, di mulai
dengan berdirinya kerajaan tertua di Indonesia, yakni Kerajaan Salakanagara dan
Tarumanegara sampai ke Galuh, Pakuan Pajajaran, dan Sumedang Larang. Kerajaan
Sunda merupakan kerajaan yang cinta damai, selama pemerintahannya tidak
melakukan ekspansi untuk memperluas wilayah kekuasaannya. Keturunan Kerajaan
Sunda telah melahirkan kerajaan- kerajaan besar di Nusantara diantaranya
Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Majapahit, Kerajaan Mataram, Kerajaan Cirebon,
Kerajaan Banten, dll.
Suku Sunda
Suku Sunda adalah kelompok etnis yang
berasal dari bagian barat pulau Jawa, Indonesia, yang mencakup wilayah
administrasi provinsi Jawa Barat, Banten, Jakarta, dan Lampung. Suku Sunda
merupakan etnis kedua terbesar di Indonesia. Sekurang-kurangnya 15,41% penduduk
Indonesia merupakan orang Sunda. Mayoritas orang Sunda beragama Islam, akan
tetapi ada juga sebagian kecil yang beragama kristen, Hindu, dan Sunda Wiwitan/Jati
Sunda. Agama Sunda Wiwitan masih bertahan di beberapa komunitas pedesaan suku Sunda,
seperti di Kuningan dan masyarakat suku Baduy di Lebak Banten yang berkerabat
dekat dan dapat dikategorikan sebagai suku Sunda.
Jati diri
yang mempersatukan orang Sunda adalah bahasanya dan budayanya. Orang Sunda
dikenal memiliki sifat optimistis, ramah, sopan, dan riang. Karakter orang
Sunda yang periang dan suka bercanda seringkali ditampilkan melalui tokoh
populer dalam cerita Sunda yaitu Kabayan dan tokoh populer dalam wayang golek
yaitu Cepot, anaknya Semar. Mereka bersifat riang, suka bercanda, dan banyak
akal, tetapi seringkali nakal. Orang sunda juga adalah yang pertama kali
melakukan hubungan diplomatik secara sejajar dengan bangsa lain. Sang Hyang Surawisesa
atau Raja Samian adalah raja pertama di Nusantara yang melakukan hubungan
diplomatik dengan Bangsa lain pada abad ke 15 dengan orang Portugis di Malaka.
Hasil dari diplomasinya dituangkan dalam Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal.